Sabtu, 04 Februari 2012

Curhat Dikit

18 januari 2012 alhamdulillah angka umur saya bertambah tapi berkurang sisa hidup saya....
dapet puisi dihari ultah ini tumben tumbenan ya (disuruh ya ini juga ga apa lah :)



puisi prtama dikirim 180112 05:45 wib

Cinta ga dapt dilihat tpi dpt dirasa | Seandainya km dapat melihat cinta ak kmu kmu pasti bkl kgt | krna cinta ku kmu seluas samudra


Puisi ke 2 dikirim 180112 13:14 wib

Senyumanmu membuatku bahagia ...

Candamu membuatku selalu ingin dkt dgnmu ....

Syank aku sngt cinta dan sayang dirimu

Janganlah kau meragukan semuanya itu ...

Aku tdk akan pernah berhenti mencintaimu dan menyayangimu because i care you i need you i very very love you syank anywhere anytime 4ever ...

.:. Makasihh .. ^. ^
puisinya indh bgt .. Tp hari kemaren 180112 ga seindah puisinya


Satu lagi dapet puisi tanggal 04 februari 12 siang tadi dan dapet kado ^. ^.:. makasiih
(Tapi gada judulnya)

Cinta, bukan datang dari audisi ...
Tapi datang dari hati ...
Cinta bukan untuk diselesi ...
Tapi cinta, untuk dimiliki ...
Jangan miliki cinta karna gengsi ...
Tapi milikilah cinta dari dari hati yang suci ...

makasih ... dan makasih dan terimakasih ....

Kamis, 29 Desember 2011

CERITA RAKYAT (KALIMANTAN BARAT)

Cerita Batu Menangis (Kalimantan Barat)

Alkisah, di sebuah desa terpencil di daerah Kalimantan Barat, Indonesia, hiduplah seorang janda tua dengan seorang putrinya yang cantik jelita bernama Darmi. Mereka tinggal di sebuah gubuk yang terletak di ujung desa. Sejak ayah Darmi meninggal, kehidupan mereka menjadi susah. Ayah Darmi tidak meninggalkan harta warisan sedikit pun. Untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka, ibu Darmi bekerja di sawah atau ladang orang lain sebagai buruh upahan.
Sementara putrinya, Darmi, seorang gadis yang manja. Apapun yang dimintanya harus dikabulkan. Selain manja, ia juga seorang gadis yang malas. Kerjanya hanya bersolek dan mengagumi kecantikannya di depan cermin. Setiap sore ia selalu hilir-mudik di kampungnya tanpa tujuan yang jelas, kecuali hanya untuk mempertontonkan kecantikannya. Ia sama sekali tidak mau membantu ibunya mencari nafkah. Setiap kali ibunya mengajaknya pergi ke sawah, ia selalu menolak.
”Nak! Ayo bantu Ibu bekerja di sawah,” ajak sang Ibu.
”Tidak, Bu! Aku tidak mau pergi ke sawah. Nanti kuku dan kulitku kotor terkena lumpur,” jawab Darmi menolak.
”Apakah kamu tidak kasihan melihat Ibu, Nak?” tanya sang Ibu mengiba.
”Tidak! Ibu saja yang sudah tua bekerja di sawah, karena tidak mungkin lagi ada laki-laki yang tertarik pada wajah Ibu yang sudah keriput itu,” jawab Darmi dengan ketus.
Mendegar jawaban anaknya itu, sang Ibu tidak dapat berkata-kata lagi. Dengan perasaan sedih, ia pun berangkat ke sawah untuk bekerja. Sementara si Darmi tetap saja tinggal di gubuk, terus bersolek untuk mempecantik dirinya. Setelah ibunya pulang dari sawah, Darmi meminta uang upah yang diperoleh Ibunya untuk dibelikan alat-alat kecantikan.
”Bu! Mana uang upahnya itu!” seru Darmi kepada Ibunya.
”Jangan, Nak! Uang ini untuk membeli kebutuhan hidup kita hari ini,” ujar sang Ibu.
”Tapi, Bu! Bedakku sudah habis. Saya harus beli yang baru,” kata Darmi.
”Kamu memang anak tidak tahu diri! Tahunya menghabiskan uang, tapi tidak mau bekerja,” kata sang Ibu kesal.
Meskipun marah, sang Ibu tetap memberikan uang itu kepada Darmi. Keesokan harinya, ketika ibunya pulang dari bekerja, si Darmi meminta lagi uang upah yang diperoleh ibunya untuk membeli alat kecantikannya yang lain. Keadaan demikian terjadi hampir setiap hari.
Pada suatu hari, ketika ibunya hendak ke pasar, Darmi berpesan agar dibelikan sebuah alat kecantikan. Tapi, ibunya tidak tahu alat kecantikan yang dia maksud. Kemudian ibunya mengajaknya ikut ke pasar.
”Kalau begitu, ayo temani Ibu ke pasar!” ajak Ibunya.
”Aku tidak mau pergi ke pasar bersama Ibu!” jawab Darmi menolak ajakan Ibunya.
”Tapi, Ibu tidak tahu alat kecantikan yang kamu maksud itu, Nak!” seru Ibunya.
Namun setelah didesak, Darmi pun bersedia menemani Ibunya ke pasar.
”Aku mau ikut Ibu ke pasar, tapi dengan syarat Ibu harus berjalan di belakangku,” kata Darmi kepada Ibunya.
”Memang kenapa, Nak!” tanya Ibunya penasaran.
”Aku malu kepada orang-orang kampung jika berjalan berdampingan dengan Ibu,” jawab Darmi.
”Kenapa harus malu, Nak? Bukankah aku ini Ibu kandungmu?” tanya sang Ibu.
”Ibu seharusnya berkaca. Lihat wajah Ibu yang sudah keriput dan pakaian ibu sangat kotor itu! Aku malu punya Ibu berantakan seperti itu!” seru Darmi dengan nada merendahkan Ibunya.
Walaupun sedih, sang Ibu pun menuruti permintaan putrinya. Setelah itu, berangkatlah mereka ke pasar secara beriringan. Si Darmi berjalan di depan, sedangkan Ibunya mengikuti dari berlakang dengan membawa keranjang. Meskipun keduanya ibu dan anak, penampilan mereka kelihatan sangat berbeda. Seolah-olah mereka bukan keluarga yang sama. Sang Anak terlihat cantik dengan pakaian yang bagus, sedangkan sang Ibu kelihatan sangat tua dengan pakaian yang sangat kotor dan penuh tambalan.
Di tengah perjalanan, Darmi bertemu dengan temannya yang tinggal di kampung lain.
”Hei, Darmi! Hendak ke mana kamu?” tanya temannya itu.
”Ke pasar!” jawab Darmi dengan pelan.
”Lalu, siapa orang di belakangmu itu? Apakah dia ibumu?” tanya lagi temannya sambil menunjuk orang tua yang membawa keranjang.
”Tentu saja bukan ibuku! Dia adalah pembantuku,” jawab Darmi dengan nada sinis.
Laksana disambar petir orang tua itu mendengar ucapan putrinya. Tapi dia hanya terdiam sambil menahan rasa sedih. Setelah itu, keduanya pun melanjutkan perjalanan menuju ke pasar. Tidak berapa lama berjalan, mereka bertemu lagi dengan seseorang.
”Hei, Darmi! Hendak ke mana kamu?” tanya orang itu.
”Hendak ke pasar,” jawab Darmi singkat.
”Siapa yang di belakangmu itu?” tanya lagi orang itu.
”Dia pembantuku,” jawab Darmi mulai kesal dengan pertanyaan-pertanyaan itu.
Jawaban yang dilontarkan Darmi itu membuat hati ibunya semakin sedih. Tapi, sang Ibu masih kuat menahan rasa sedihnya. Begitulah yang terjadi terus-menerus selama dalam perjalanan menuju ke pasar. Akhirnya, sang Ibu berhenti, lalu duduk di pinggir jalan.
”Bu! Kenapa berhenti?” tanya Darmi heran.
Beberapa kali Darmi bertanya, namun sang Ibu tetap saja tidak menjawab pertanyaannya. Sesaat kemudian, Darmi melihat mulut ibunya komat-komit sambil menengadahkan kedua tangannya ke atas.
”Hei, Ibu sedang apa?” tanya Darmi dengan nada membentak.
Sang Ibu tetap saja tidak menjawab pertanyaan anaknya. Ia tetap berdoa kepada Tuhan agar menghukum anaknya yang durhaka itu.
”Ya, Tuhan! Ampunilah hambamu yang lemah ini. Hamba sudah tidak sanggup lagi menghadapi sikap anak hamba yang durhaka ini. Berikanlah hukuman yang setimpal kepadanya!” doa sang Ibu.
Beberapa saat kemudian, tiba-tiba langit menjadi mendung. Petir menyambar-nyambar dan suara guntur bergemuruh memekakkan telinga. Hujan deras pun turun. Pelan-pelan, kaki Darmi berubah menjadi batu. Darmi pun mulai panik.
”Ibu...! Ibu... ! Apa yang terjadi dengan kakiku, Bu?” tanya Darmi sambil berteriak.
”Maafkan Darmi! Maafkan Darmi, Bu! Darmi tidak akan mengulanginya lagi, Bu!” seru Darmi semakin panik.
Namun, apa hendak dibuat, nasi sudah menjadi bubur. Hukuman itu tidak dapat lagi dihindari. Perlahan-lahan, seluruh tubuh Darmi berubah menjadi batu. Perubahan itu terjadi dari kaki, badan, hingga ke kepala. Gadis durhaka itu hanya bisa menangis dan menangis menyesali perbuatannya. Sebelum kepala anaknya berubah menjadi batu, sang Ibu masih melihat air menetes dari kedua mata anaknya. Semua orang yang lewat di tempat itu juga ikut menyaksikan peristiwa itu. Tidak berapa lama, cuaca pun kembali terang seperti sedia kala. Seluruh tubuh Darmi telah menjelma menjadi batu. Batu itu kemudian mereka letakkan di pinggir jalan bersandar ke tebing. Oleh masyarakat setempat, batu itu mereka beri nama Batu Menangis. Batu itu masih tetap dipelihara dengan baik, sehingga masih dapat kita saksikan hingga sekarang.
* * *

Rabu, 28 Desember 2011

PANTUN

Ciri-Ciri Pantun
  1. Tiap bait terdiri dari 4 baris
  2. Baris 1 dan 2 sebagai sampiran
  3. Baris 3 dan 4 merupakan isi
  4. Bersajak silang a-b-a-b

Jenis-Jenis Pantun
1.    Dilihat dari bentuknya:
a.   Pantun biasa
b.   Pantun berkait (seloka)
c.   Talibun
d.   Pantun kilat (karmina)

2.    Dilihat dari isinya:
a.   Pantun anak-anak
b.   Pantun nasehat
c.   Pantun berduka cita
d.   Pantun jenaka
e.   Pantun teka-teki
f.     Pantun nasib

1.    Dilihat Dari Bentuknya:
a.   Pantun Biasa
Contoh:
Kalau ada jarum patah
Jangan dimasukkan ke dalam peti
Kalau ada kataku yang salah
Jangan dimasukan ke dalam hati
b.   Pantun Berkait (Seloka)
Seloka adalah pantun berkait yang tidak cukup dengan satu bait saja sebab pantun berkait merupakan jalinan atas beberapa bait.
Ciri-Ciri Pantun Berkait (Seloka)
1.    Baris kedua dan ke empat pada bait pertama dipakai sebagai baris pertama dan ketiga bait kedua
2.    Baris kedua dan keempat pada bait kedua dipakai sebagai baris pertama dan ketiga bait ketiga
3.    Dan seterusnya.
Contoh:
Lurus Jalan ke Payakumbuh
Kayu jati bertimbal jalan
Dimana hati takan rusuh
Ibu mati bapak berjalan
Kayu jati bertimbal jalan
Turun angin patahlahdahan
Ibu mati bapak berjalan
Kemana untung diserahkan
c.   Talibun
Talibun adalah pantun yang jumlah barisnya lebih dari empat baris, tetapi harus genap misalnya 6, 8, 10 .
Apabila enam baris sajaknya a-b-c-a-b-c
Bila terdiri dari delapan baris, sajaknya a-b-c-d-a-b-c-d
Contoh:
Kalau anak pergi ke pekan
Yu beli belanakpun beli sampiran
Ikan panjang beli dahulu
Kalau anak pergi berjalan
Ibu cari sanak pun cari isi
Induk senang cari dahulu
d.   Pantun Kilat Karmina
Ciri-Ciri:
Setiap bait terdiri dari 2 baris
Bairispertama merupakan sampiran
Baris kedua merupakan isi
Bersajak a-a
Setiap baris terdiri  dari 8-12 suku kata
Contoh:
Dahulu parang, sekarang besi
Dahulu sayang sekarang benci

2.    Dilihat dari isinya:
a.   Pantun anak-anak
Pantun yang isinya tentang anak-anak untuk memberi dorongan agar berbuat baik
Contoh:
Berburu ke padang datar
Mendapat rusa belang kaki
Rajin rajinlah engkau belajar
Untuk bekal dihari nanti
Burung merpati burung dara
Terbang tinggi ke angkasa luas
Hati siapa tak kan gembira
Karena aku naik kela
b.   Pantun Nasehat
Ialah pantun yang isinya tentang petuah, petunjuk, dan nasehat yg ditujukan kepada seseorang
Contoh:
Buah kelapa buah lontar
Dibeli ayah dari pekan
Rajin-rajinlah engkau belajar
Untuk bekal dimasa depan
c.   Pantun Berduka Cita
Merupakan ungkapan ungkapan kesedihan hati atau bersusah
Contoh:
Memetik manggis di kota Kedu
Membeli tebu uangnya hilang
Adik menangis tersedu-sedu
Mencari ibu belum juga pulang
d.    Pantun Jenaka
Pantun ini berisi tentang hal-hal yag lucu atau menggelikan
Contoh:
Sungguh enak asam belimbing
Tumbuh dekat tepi telaga
Sungguh enak berkawan sumbing
Biar marah tertawa juga
e.   Pantun Teka-Teki
Pantun ini berisi tebakan yang harus dijawab
Contoh:
Menuruni jurang yang sangat landai
Berjalan diatas rumput teki
Kalau anda memang pandai
Hewan apa tanduk kaki
f.     Pantun Nasib
Contoh:
Pergi sekolah mampir ke Cimahi
Depan bukit lihat ilalang
Mungkin sudah takdir ilahi
Badan sakit tinggal tulang





Selasa, 27 Desember 2011

METODE ALTERNATIF PEMBELAJARAN PUISI


RAGAM I: KEINGINAN 
Petunjuk Penulisan:
1.    Setipa siswa menulis minimum satu baris, maksimum tiga baris puisi
2.    Baris itu dimulai dengan Aku ingin....
3.    Baris itu berisi: 1) sebuah warna 2) seorang manusia 3) sebuah tempat  (jalan, desa, kota, negara, benua)
Contoh:
Aku Ingin

Aku ingin mencat pantai Pulau Madura dengan warna jingga
      dari atas helikopter yang dipiloti orang bisu  berdasi kupu-kupu
Aku ingin jadi penerjun melompat dari ketinggian 3.000 meter
      Dengan payung udara biru dan menarat tepat di pekarangan bagian depan rumah calon mertua

Ragam 2: FANTASI TAK MASUK AKAL
Petunjuk Penulisan:
1.    Setiap siswa menulis sebuah puisi, terdiri dari 4-7 baris
2.    Puisi dimulai dengan Kutemukan......
3.    Dalam puisi itu dimasukan unsur : 1) warna 2) hewan/benda dan 3) benda
4.    Rancang judul yang aneh kedengarannya
Contoh:
Bateng Tidur di Kulkas Merah
Kutemukan banteng masuk kedalam kulkas berwarna merah
Buah, sayur, eskrim,serta semua isi kulkas pun kesakitan
Lalu terdengar suara rintihannya sampai ke negri Paman Sam
Alam pun ikut menangis tersedu-sedu mendengar tangisan seisi kulkas

Ragam 3: MENJELMA HEWAN, MENJELMA BENDA
Petunjuk Penulisan:
1.    Setiap siswa menulis sebuah puisi terdiri dari 4-7 baris
2.    Di dalam puisi ini siswa seakan-akan menjelma menjadi hewan (semut, lebah, kuicng, kuda, gajah, dst ) atau menjadi benda (pensil, televisi, mobil, pesto, rumah, dst)
3.    Masukan unsur: 1) warna 2) bunyi 3) tempat 4) manusia, 5) alam
4.    Supaya menarik, pikirkan judul yang mengejutkan
Contoh:
Disentuh-sentuh Oleh Anak SD

Setiap senin sampai sabtu aku di dipakai oleh anak SD
Seisi tubuhku keluar diatas kertas putih
Dari matahari mulai terbit sampai matahari terik
Dari terbitnya ratu kuning sampai terbitnya raja hitam
Kadang aku dipakai seperti stik drum dimeja dan berbunyi  duk, duk, duk...

Ragam 4: AKROSTIK
Petunjuk Penulisan:
1.    setiap siswa menulis satu jenis puisi akrostik
2.    puisi akrotsik yang kamu tulis bisa namamu, nama ayahmu, nama ibumu, nama hewan kesayangnmu, dan lain-lain
3.    jangan lupa pilih judul yang bagus
Contoh:
Oh.... IBU

Wajahmu meneduhkan jiwaku
Ibu hatimu selembut sutra
Namun lelah mencari sesuap nasi
Namun lelah membuatkanku sesuap nasi
Engkau tak pernah lelah untuk anakmu

Selasa, 20 Desember 2011

Perkenalan

nama  : Winne rahmayanthi
Kelas : 3 bahasa
NIM  : 0903376
Universitas Pendidikan Indonesia kamda PWK